Habib Ali Al-jufri berkisah tentang Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW(part.3)
Senin waktu shalat Subuh,12 Rabi’ul
Awwal. Rasulullah SAW menyingkap tabir kain dari pintu rumah beliau.
Pandangannya mengarah kepada para sahabat. Tampak mereka tengah shalat
dengan khusyu’ dan tunduk di hadapan Allah SWT, di bawah pimpinan
Abubakar RA.
Segala puji bagi Allah, saat Rasulullah
SAW memperhatikan para sahabatnya itu, masjid pun bercahaya dengan
kemunculan beliau. Sampai sebagian sahabat mengatakan, “ Hampir saja
kami terlalaikan dari shalat kami ketika Rasulullah muncul.”
Abubakar RA hampir saja mundur dari
pengimaman, sementara para sahabat yang lainnya hampir saja memalingkan
pandangannya kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menunjuk dengan
tangan beliau,”Tetaplah di tempat kalian.” Kemudian beliau menutup kembali tirai di pintu masuk rumah beliau itu.
Para sahabat mengatakan, “Itulah saat terakhir Rasulullah SAW memandangi para sahabatnya.”
Abdullah bin Mas’ud RA, pembantu Rasulullah SAW, mengatakan,ketika Rasulullah SAW melihat mereka, beliau mengatakan, “Allah memelihara kalian,Allah memberkati kalian,Allah menguatkan kalian,Allah menolong kalian,Allah membantu kalian.”
Inilah salam perpisahan dari seorang yang merindukan para
sahabatnya.Para sahabatpun memberi salam kepada Rasulullah SAW dan
keluar dari masjid.
Dikatakan,para sahabat bergembira saat
mendapati Rasulullah SAW memperhatikan mereka dari pintu rumah beliau.
Mereka menyangka kondisi kesehatan Rasulullah SAW telah berangsur
pulih.Karenanya, sebagian dari mereka kemudian beraktivitas lagi seperti
sedia kala,dan mereka menyangka bahwa itu adalah rahmat Allah SWT
terhadap mereka.
Berita Kematian yang Menggembirakan
Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW
meminta izin dari sekalian istri beliau untuk dirawat di rumahku,lalu
mereka mengizinkan. Saat hari Senin itu,hari wafatnya Rasulullah
SAW,tiba,ruh beliau diambil di rumahku sedangkan beliau ada dalam
dekapanku.”
Ia berkisah, “Ketika kami semua sedang
duduk,datanglah Fathimah sambil menangis. Caara berjalannya mirip cara
berjalan ayahandanya, Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendekap dan
mengacupnya. Lalu beliau SAW membisikkan sesuatu di telinganya. Sesaat
kemudian Fathimah mengangkat kepalanya . Ia menangis
Kemudian Rasulullah SAW memberi isyarat
kepadanya, beliau ingin membisikkan lagi sesuatu kepada Fathimah.
Fathimah mendekati ayahnya dan kemudian Rasulullahberbisik kepadanya.
Sesaat setelah itu Fathimah kembali mengangkat kepalanya dengan penuh
rasa gembira yang merona di wajahnya. Aku tidak pernah melihat tangisan
yang kemudian disusul dengan tertawa seperti itu.:
Aisyah RA pun bertanya kepada Fathimah
RA, “Apa yang dibisikkan ayahandamu kepadamu?” Fathimah RA menjawab,
“Jangan engkau hiraukan hal itu,karena aku tak mau membuka rahasia ini
selagi beliau masih hidup.”
Kelak setelah Rasulullah SAW wafat,
Aisyah bertanya lagi tentang hal itu. Fathimah mengatakan, “Ya, ketika
aku mendekati ayahku, beliau berbisik kepadaku, ‘Wahai
Fathimah,sekali dalam setahun Jibril mendatangiku untuk membacakan
Al-Qur’an kepadaku dan pada tahun ini ia telah mendatangiku dua kali.
Dan Allah telah memberikan pilihan kepada ayahmu, antara dunia dan
Ar-Rafiqul A’la.’Ayahku memilih Ar-Rafiqul A’la. Dan aku diberi tahu bahwa nyawanya akan dicabut pada hari itu. Lalu aku pun menangis.
Kemudian beliau memanggilku lagi dan membisikan kepadaku, ‘Apakah engkau suka bahwa engkau menjadi penghulu wanita sekalian alam dan menjadi orang yang pertama kali akan menyusulku?’ Aku pun bergembira dengan berita dari ayahku itu.”
Kematian adalah sesuatu yang
menyedihkan. Bagaimana dengan kabar kematianmu ini, wahai Zahra?
Fathimah mengatakan, “Berita kematianku ini mempercepat pertemuanku
dengan orang yang aku kasihi, dan inilah kehidupan yang sesungguhnya
bagiku.”
Aisyah melanjutkan kisahnya, “Sebelum
itu kami mendengar ada sesuatu yang bergerak di balik pintu. Dan itu
adalah Jibril. Jibril meminta izin Rasulullah untuk masuk.
Beliau mengizinkannya.
Kemudian aku mendengar Rasulullah berkata kepadanya, ‘Wahai Jibril, Ar-Rafiqul A’la…, Ar-Rafiqul A’la… Kami tahu bahwa sangkaan kami adalah tepat.’
Kemudian aku bertanya kepada Rasulullah SAW, Apa yang telah terjadi, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘
Itulah Jibril yang datang dan berkata: Malaikat maut telah berada di
depan pintu dan meminta izin. Dan tidaklah malaikat maut meminta izin
kepada seorang pun baik sebelum dan sesudahmu.
Dan ia (jibril) mengatakan: Allah menyampaikan salam kepadamu dan Dia telah merindukanmu,”
Maka, wahai orang-orang yang berakal,apakah perpindahan kepada Tuhan yang merindukannya merupakan suatu kematian?
Bukan. Kehidupan yang sebenarnya adalah perpindahan kepada Allah, Yang Mahahidup.
Kemudian malaikat maut mengatakan kepada
Rasulullah SAW, “Jikalau engkau berkenan, aku akan mencabut ruhmu untuk
menemui Ar-Rafiqul A’la. Namun jika engkau tak berkenan, aku akan
biarkan mengikuti berlalunya masa sampai tempo waktu yang engkau
inginkan.”
Rasulullah memilih Allah Ta’ala. Ya, beliau memilih Sahabat Yang Teragung.
Kemudian malaikat maut pun masuk dan
mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW. Ia berkata lagi, “Wahai
Rasulullah, apakah kau mengizinkanku?”
Rasulullah SAW menjawab, “Terserah apa yang akan kau lakukan, Wahai malaikat maut. Dan berlaku lembutlah sewaktu mencabut ruhku.”
“Hhhhhhhhhh……….” (Desis suara Rasulullah SAW menahan rasa sakit).
Rasulullah SAW kembali mengatakan kepada malaikat maut, “Berlaku lembutlah kepadaku, wahai malaikat maut.”
Perhatikanlah (meski dicabut dengan
selembut-lembutnya pencabutan ruh yang pernah dilakukan malaikat maut),
Rasulullah SAW pun merasakan sakitnya sakaratul maut. Maka bagaimana
(yang akan dirasakan) oleh orang yang lalai dengan kematian dalam
kehidupan mereka? Mereka tidak merenungi saat-saat ketika nyawa dicabut
pada saat sakaratul maut.
“Beratkan bagiku,Ringankan bagi umatku”
Maka menanjak naiklah ruh mulia Baginda
Rasulullah SAW, yang ditandai dengan sentakan kedua kaki beliau. Peluh
pun bercucuran dari dahi Baginda.Peluh yang bagaikan butiran permata
berbau kesturi.
Rasulullah SAW menyapu peluhnya itu
dengan tangannya dan kemudian meletakkan tangannya pada sebuah wadah di
tepinya untuk menyejukan tubuhnya.
Kembali suara berdesis dari lisan suci beliau.”Hhhhhhhh……” Lantaran rasa sakit yang ia alami pada saat sakaratul maut. Beliau pun mengatakan, “Sesungguhnya maut itu amatlah berat, YA Allah,ringankan beratnya maut terhadapku”
Maka para malaikat dari langit pun turun
kepada beliau. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah
menyampaikan salam atasmu dan Dia menyatakan bahwa sesungguhnya perihnya
sakaratul maut 20 kali lipat (dalam riwayat lain 70 kali lipat) dari
rasa sakit akibat padang yang menusuk tubuh.”
Rasulullah SAW pun menangis dengan tangisan yang tiada tangisan lain yang lebih menyedihkan bagi kalian semua. Beliau berdoa, “Ya Allah, beratkanlah (sakaratul maut) ini atasku, tapi ringankanlah atas umatku.”
Wahai,bagaimana hati kita tidak tergetar
dan semakin merasakan kerinduan kepada Rasulullah SAW? Bagaimana hati
kita tidak terkesan dengan Rasulullah SAW? Bagaiman kita dapat melupakan
perintah untuk mencintai beliau? Bagaimana hati kita tidak terikat
untuk senantiasa merindukan beliau? Bagimana hati kita tidak tersentuh
kala pribadi beliau diperdengarkan?
bersambung.....
dan saya mau numpang promosi sedikit...
apabila anda akan merenovasi rumah,mengecat,membangun atau apapun yg
berhubungan dengan bangunan,,saya membuka jasa bangunan seperti
memperbaiki/merenovasi/membangun rumah dll...
saya hanya melayani khusus daerah bandung..soal budget bisa di negosiasikan..
saya tidak akan mngajukan bayaran yg tinggi..yg terpenting anda puas..saya pun senang ^_^.
bila anda berminat,silahkan hubungi saya di : 083821300587..
saya juga menyediakan jasa pembuatan blogger..
bila anda ingin membuat blog seperti yg saya punya,anda bisa pesan
disini dgn murah meriah..dan tentunya bisa menjadi penghasilan tambahan
buat anda..
silahkan hubungi 083821300587 untuk info lebih jelasnya..
saya slalu siap melayani anda..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar